Akhirnya aku bisa tersenyum lega.
Perjalanan di jenjang Pascasarjana ini selesai sudah. Ini bukan perjalanan
super mulus seperti yang disangkakan orang-orang. Bebagai halangan, malam-malam
berat, dan hari-hari yang melelahkan selalu adalah jalan yang harus kulalui
saat aku menjalani statusku sebagai mahasiswa Pascasarjana ini.
Thesis aku kerjakan setiap
hari. Senin pagi aku ke Solo.
Seperti biasa dengan menggunakan Prameks pagi. Hal ini berlangsung selama
kurang lebih 8 bulan. Pernah suatu kali aku ketinggalan kereta. Bukan
ketinggalan kereta tepatnya, tetapi kehabisan tiket sehingga aku tidak bisa
datang tepat waktu untuk menemui dosen pembimbingku, Dr. Ngadiso, M.Pd. Pernah
juga aku menumpang bus malam. Sopirnya adalah seorang bapak yang sangat baik
hati, sehingga beliau mengantarku tidak sampai Terminal Tirtonadi seperti bus
lain, tetapi langsung diantar sampai depan gerbang kampus UNS. Pernah juga kotaku
kebanjiran sehingga tidak ada bus yang lewat. Walhasil, aku telepon rumah untuk minta diantar ke Solo demi bertemu dosbing
satuku, Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. Pokoknya, apapun kulakukan demi bertemu
dengan dosen pembimbingku.
Selasa pagi atau Senin sore,
aku kembali lagi ke Purworejo. Ada kewajiban yang harus aku penuhi di kota ini:
Mengajar. Jadwalku meliputi 50 jam pelajaran. Mengajar 40 jam, 5 jam sebagai
wali kelas, dan 5 jam sebagai Pembina OSIS. Selasa sore dari jam 4 sampai
dengan setengah 6 aku harus mengajar di kelas XI TP B. Hari Rabunya aku
mengajar 10 jam. Itu berarti aku harus mengajar di 5 kelas. Full dari pukul 7
sampai dengan pukul 15.00. Sore hari, biasanya aku harus menunggui kelas yang
berlatih upacara. Hmm.. Tanggung jawab sebagai Pembina Osis ini cukup
memberatkanku, sebenarnya. Pukul 17.00, biasanya aku baru bisa pulang. Langsung
mandi, dan tidur. Tengah malam biasanya aku akan terbangun. Tentu saja teringat
pada nasib thesisku yang harus segera kuselesaikan.
Kamis adalah hari yang paling
berat. Pasalnya, aku punya 12 jam mengajar yang harus dijalankan. Dari pukul
07.00, aku sudah berdiri di depan para siswa, menemani mereka belajar sampai
nanti pukul 17.30.
Jam mengajarku yang lumayan
ringan ada di hari Jumat. Hanya 4 kelas saja. Jadi, aku hanya stay di sekolah
dari pukul 07.00 sampai pukul 15.00. Itu kalau tidak ada latihan upacara. Kalau
ada, aku harus menunggui mereka dan dengan “terpaksa” harus tinggal lagi sampai
pukul 17.30.
Sabtu tidak berbeda dengan hari
lain. Sebelum pukul 07.00 tepat, motorku pasti sudah terparkir di lapangan
parkir sekolah. Dan motor itu baru akan pindah dari tempatnya setelah pukul
15.00. Ada 5 kelas yang menungguku di hari Sabtu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar