Selasa, 18 Agustus 2015

Be Positive!

Di dunia ini, ada banyak sekali watak dan perangai manusia. Banyak orang baik. Namun, ada saja orang yang memiliki watak terlalu banyak bicara, terlalu suka ikut campur urusan orang, dan terlalu suka memaksakan nasehat. Adakalanya, kita sebal dengan beberapa orang yang punya watak seperti itu. Tapi kita harus sabar... Karena ini namanya dunia. Ada yang baik, ada pula yang jahat.
Bukannya tidak mau diberi nasehat, sungguh. Pasalnya, setiap nasehat yang diberikan seseorang, yang mana nasehat itu sangat baik dan terbukti ampuh pada orang tersebut, belum tentu cocok untuk kita. Kenapa? Karena masing masing dari kita punya kondisi berbeda. Yang membuat kita memiliki konsekuensi lain, punya pertimbangan lain.
Kadang, kurang nyaman juga dengan orang yang terlalu ikut campur urusan lain. Kadangkala, mengutusi urusan diri sendiri saja sudah repot, kenapa menambah repot dengan ikut campur urusan mereka? Tak perlu iri dengan tetangga sebelah yang punya Pajero Sport atau Nissan Juke baru kan? Yang penting hidup kita sudah cukup. Habis perkara. Tidak perlu berkomentar sinis ketika ada tetangga yang lulusan pascasarjana tapi lebih memilih jadi ibu rumah tangga hanya karena kita adalah wanita karir yang sukses. Pun tidak perlu mencerca karena tetangga sebelah lebih memilih untuk menitipkan anaknya ke baby sitter alih alih mengurusnya sendiri. Masing masing dari mereka punya alasan masing masing. Please, be positive.
Lalu, kenapa kurang sreg dengan orang yang banyak bicara? Belum tentu loh orang yang banyak bicara itu sembodo dengan apa yang dikatakannya. Selain itu, banyak bicara itu manfaatnya apa? Lebih baik waktu yang ada dipakai untuk mengerjakan hal hal lain yang lebih bermanfaat kan?
Mungkin orang lain juga sama seperti saya. Kurang suka jika terlalu digurui, diberi ceramah, disombongi, diajak bercerita terlalu lama, dan dicampuri urusannya. Maka, sebisa mungkin saya juga mulai berusaha untuk tidak melakukan hal hal semacam itu, supaya hidup orang lain juga bisa tenang bila berdampingAN dengan saya. Tapi sekali lagi, kita hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan khilaf. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha menjadi pribadi yang lebih baik saja, baik dalam hablum minannas dan hablum minalloh. Setuju?

Rabu, 12 Agustus 2015

KERJA KERAS, KERJA CERDAS, KERJA IKHLAS

“Bekerja keras itu menghasilkan, bekerja cerdas itu melipatgandakan, dan bekerja ikhlas itu menenteramkan” (Jamil Azzaini)
Untuk meraih kesuksesan, manusia dituntut untuk selalu bekerja keras dalam melaksanakan kewajibannya. Namun, kerja keras saja belum cukup. Ada kalanya, apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan apa yang terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya “bekerja ikhlas”. Namu, bekerja keras dan bekerja ikhlas saja belum cukup untuk membuat seseorang “puas” dengan hasil yang dicapainya. Kerja keras, cerdas dan ikhlas merupakan perpaduan yang harmonis dari setiap unsur kemanusiaan dalam diri manusia. Padu yang berarti tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Kerja keras yang berasal unsur jasmani, kerja cerdas yang bersumber dari penggunaan akal, dan kerja ikhlas yang berawal dari hati.
1. Kerja keras.
Segala hal yang dikerjakan dengan setengah hati tidak akan pernah mendapatkan hasil yang maksimal. Agnes Monica, artis multitalenta yang begitu terkenal itu menghabiskan lebih dari 14 jam waktunya dalah satu hari untuk terus berlatih menyanyi dan menari. Lihatlah hasil kerja kerasnya. Tariannya, suaranya, perfecto! Bandingkan saja dengan kita. Mungkin kerja atau belajar 6 jam sehari saja sudah membuat kita mengeluh sepanjang hari.
2. Kerja cerdas.
Cerdas. Kerja cerdas menuntut kita untuk bekerja sesuai prosedur yang benar dan tidak asal-asalan. Kerja cerdas adalah usaha yang terarah untuk mendapatkan hasil dengan menggunakan mesin kecerdasan sebagai upaya meningkatkan prestasi. Cirinya: mampu meningkatkan skala waktu, mengefektifkan sistem, mengkapitaliasi aset, menempa orang dan memperlancar keadaan (Syuhada, 2012)
3. Kerja ikhlas.
Saat orientasi kerja kita hanya materi, maka yang kita dapatkan hanya materi melimpah tanpa berkah yang mudah lenyap. Niatkanlah setiap usaha sebagai ibadah, maka langkah yang kita lakukan akan menjadi ringan tanpa beban. Selama ini bila kita mendengar istilah kerja dengan ikhlas, biasanya hanya dikaitkan dengan kerja yang sifatnya sukarela, tidak berbayar, pengabdian dan lain sebagainya. Padahal, ikhlas tidak ada hubungannya dengan berbayar atau tidak berbayar. Ikhlas adalah mengerjakan segala sesuatu hanya mencari keridlaanNya, bila Dia meridloi apa yang kita lakukan – tidak ada lagi yang perlu kita khawatirkan di dunia ini (Iqbal, 2013).
So, finally?
Yang perlu kita lakukan hanyalah berusaha, berdoa, dan serahkan hasilnya kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Tidak perlu mengeluhkan betapa beratnya hidup kita atau betapa sedikitnya hasil yang kita dapat. Dan pada akhirnya, kalau kita merasa perjuangan kita tidak pernah mendapat balasan sesuai keinginan kita, ingatlah wejangan dari Bibi May-nya Peter Parker dalam film Spiderman “Teruslah berbuat baik. Jika kau tidak mendapatkan hasil dari kerja kerasmu, niscaya kamu akan mati dengan bangga karena selalu dikenang sebagai orang baik.” You only have to remember one thing: Jika selama ini Tuhan belum mengabulkan semua doamu, bukan berarti Dia tidak sayang kepadamu. Dia hanya memiliki rencana lain yang lebih indah untukmu. Selamat bekerja.

Referensi:
Iqbal, Muhaimin. 2013. Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas. Retrieved from: http://geraidinar.com/index.php/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/81-gd-articles/entrepreneurship/1271-kerja-keras-kerja-cerdas-dan-kerja-ikhlas
Syuhada, Adji. 2012. Kerja Keras, Kerja Cerdas, dan Kerja Ikhlas. Retrieved from:http://www.rmbiografi.com/06/2012/kerja-keras-kerja-cerdas-dan-kerja-ikhlas/

IHT 2019

download here: https://drive.google.com/file/d/1lcitNhP0T9GSS7mMimlo9hpthf-Cn4Id/view?usp=sharing